Penelitian
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT MISKIN DAN PERSEPSINYA TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA TEGAL
Perkembangan aktifitas dan pertumbuhan jumlah penduduk Kota Tegal menimbulkan masalah kebutuhan perumahan dan permukiman. Penduduk miskin yang berjumlah 16.907 KK atau 27,48% dari total 61.513 KK, mengharuskan Pemerintah Kota Tegal mempertimbangkan penyediaan perumahan yang terjangkau oleh masyarakat miskin. Untuk itu, Pemerintah Kota Tegal berencana menyediakan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Penelitian ini difokuskan kepada aspek nonteknis, terutama karakteristik sosial ekonomi masyarakat miskin dan persepsinya terhadap rencana pembangunan Rusunawa. Pokok masalah penelitian : (1) bagaimanakah karakteristik sosial ekonomis masyarakat miskin sebagai sasaran program penyediaan Rusunawa di Kota Tegal?; (2) Bagaimanakah persepsi masyarakat miskin terhadap Rusunawa dan rencana pembangunannya di Kota Tegal? Sampel yang dijadikan responden berjumlah 135 warga miskin kota. Kategori pekerjaan responden meliputi penarik becak, nelayan buruh, pedagang kecil, kuli bangunan, pengelolaan ikan, buruh ternak, buruh pengolahan ikan, dan sektor informal lainnya. Sebagian besar responden memiliki tanggungan anggota keluarga dan dua sampai empat orang atau lebih. Modus penghasilan perbulan kurang dari Rp 1 juta sampai dengan Rp 2 juta. Lebih dari separuh responden berskala pengeluaran melampaui penghasilannya, pas-pasan cenderung tutup lubang gali lubang. Hampir 80% responden telah menempati rumah selama lima tahun atau lebih. Pola pemilikannya: menyewa/kontrak, milik sendiri, meminjam milik saudara, dan warisan orang tua. Pemenuhan kebutuhan air bersih: hampir 60% beli air pikulan; sekitar 26% melanggan PDAM; dan 21% menggunakan air sumur sendiri. Faktor ketidaknyamanan yang mereka rasakan, dengan frekuensi berurutan adalah lingkungan bising-padat-kumuh; ketidakcukupan air bersih, listrik, MCK; perselisihan antaranggota keluarga; genangan rob dan rawan gangguan keamanan. Namun responden merasa nyaman dalam hal akses ke pusat sarana publik, perolehan air bersih dan listrik, peluang berekonomi produktif di rumah, dan kerukunan hubungan sosial antarwarga. Mayoritas responden tidak menolak rencana Rusunawa, asalkan memenuhi syarat: biaya sewa murah, dimungkinkan alih status menjadi pemilik; diutamakan untuk warga miskin yang belum memiliki rumah layak huni; dilewati angkutan umum dan dekat dengan pusat/sarana layanan publik; lahannya tidak dalam sengketa. Temuan penelitian ini merekomendasikan: Pertama, cegah disorientasi kebijakan, dalam arti tetap konsisten mengutamakan warga miskin kota. Kedua, pastikan biaya sewa terjangkau. Ketiga, lokasi Rusunawa yang berakses cepat ke layanan/sarana publik; memiliki jaminan kepastian hukum; tidak menciptakan kawasan-kumuh baru apalagi digusur di kemudian hari.
212013PNL | 363.5 AMI i C.1 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain