Desertasi
Pembinaan Kecerdasan Spiritual dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya)
Pendidikan di Indonesia sedang terpuruk beberapa indikator menunjukkan bahwa kemampuan akademik rendah, demikian juga moral kepribadian dan taraf hidup sorta budaya bangsa, sehingga tel]iadilah krisis multidimensi yang berkepanjangan. Lahirlah gelombang evolusi pemikiran tentang sistem nilai dan
kebenacan serta sum6er Ava pengerabuan, yang mengerucut pada kesadaran kembali bahwa pendidikan berkewajiban mengembangkan potensi manusia secara utuh. Hal tersebutmenuntut sistem pendidikan yang komprehensif.
Penelitian menerapkan pendekatan kualitatif yang difokuskan pada: (1) Konsep manusia, (2) Sistem pendidikan, (3)Konsep Kecerdasan Spirituals dan
(4) Pembinaan Kecerdasan Spiritual yang dikembangkan di Pondok Pesantren Suryalaya.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa, manusia utuh adalah manusia yang memiliki keseimbangan dan keterpaduan antara unsur-unsur biologis (material), dart psikologis (spiritual), yang dapat berfungsi secara optimal. Dimensi spiritual merupakan esensi pokok kehidupan yang bersifat immaterial, yang terdiri alas (1) rub, (2) nafs, (3) qalbu. Rub merupakan unsur pokok kehidupan, yang selalu memberikan dorongan |bisikan pada perbuatan positif (ilahiah), sedangkan nafs (yang tidak terkendali) memberikan dorongan pada perbuatan negatif. Kedua dorongan tersebut berebut menguasai qalbu, dan akan memberikan perintah pada badan untuk beraktivitas sesuaidengandorongan yang menguasainya.
Pesantren Suryalaya merupakan pesantren Thorz`qot Qodzrzyyah .\'aqsaband@'ah (TQN) yang bertujuan mendidik santri menjadi manusia utuh, yang dapat beraktivitas penuh dalam (1) hub/urn mt.nallah, dan (2) hub/urn mz`nannas. Sistem pendidikan yang diterapkan adalah pendidikan keluarga yang utuh, dengan Guru Mursyid sebagai sumber keteladanan. Operasionalisasi sistem tersebut terjabar dalam (I ) pendidikan formal, (2) pendidikan Inabah, (3) pendidikan Pesantren. Ketiganya terbingka.i dalam pendidikan TQN, yang mempunyai bentuk khusus sebagai berikut: talqzn, sholut, zzkzr, khatamun, manakz-b, Jan -z`arah. Objek utama pendidikannya adalah qalbu, sebagai sentral kecerdasan spiritual, dengan puncaknya mencintai Nya dan ma 'rfat kepada Nya.
Proses pembinaan tersebut terurai dalam beberapa kata kunci sebagai berikut: ( I ) zikir, sebagai motor manajemen qalbu sentral kehidupan manusia, (2) Mursyid sebagai teladan utama, (3) Majlis manakib, pondok dan masjid sebagai tempat belajar yang lengkap, media pencarian keunggulan utama, dalam bingkai ibadah, (4) merupakan proses yang menghasilkan sinergi dari: ilmu, teladan, panutan, kharisma, kepemimpinan, keshalehan, (5) yang akan mendinamisasi: shz.ddzq, keikhlasan, rojak-khouf, z.stiqomah, mandiri, fathonah, gotong-royong, amanah, mumtaz, kemerdekaan, sederhana, dan tablzg .
Berdasarkan temuan di alas penting untuk dikembangkan suatu model pendidikan yang: (1) memperhatikan keutuhan manusia dengan spiritual sebagai unsur utamanya, (2) mengoptimalkan kecerdasan spiritual, melalui pembinaan qalbu agar dapat mencintai Tuhan dan ma 'nfat kepada Nya, sehingga dapat berhablum mt.nallah dan hub/urn :uz.nannas, (3) menerapkan sistem pendidikan keluargadengan keteladanan sebagai kuncinya (4)menggunakan kurikulum untuk pengembanganmanusia seutuhnya, sehinggadapat meningkatkan keunggulan.
8132015DES | 153 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain