Skripsi
NILAI PATRIOTISME PADA NASKAH DRAMA KIAI SHOLEH KARYA ABDUL MUIZ DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
Laksana, Dimas Agung. 2016. “Nilai Patriotisme dalam Naskah Kiai Shoelh Karya Abdul Muiz dan Implikasi Pembelajaran Sastra di SMA”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pancasakti Tegal. Pembimbing I Sri Mulyaiti, M. Pd., Pembimbing II Dr. Burhan Eko Purnwanto, M. Hum.
Kata Kunci : Nilai, Patriotisme, Drama, dan Implikasi Pembelajaran Sastra.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana nilai patriotisme pada naskah drama Kiai Sholeh karya Abdul Muiz?, 2) bagaimana implikasi nilai patriotisme pada pembelajaran sastra Indonesia di SMA. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan nilai patriotisme yang terkandung dalam naskah drama Kiai Sholeh karya Abdul Muiz. 2) Mendeskripsikan implikasi pembelajaran nilai patriotisme yang terkandung dalam naskah drama Kiai Sholeh karya Abdul Muiz.
Sumber data penelitian ini adalah naskah drama Kiai Sholeh karya Abdul Muiz. Wujud data dalam penelitian ini berupa penggalan kalimat atau dialog tokoh yang mengandung nilai patriotisme dalam naskah drama Kiai Sholeh karya Abdul Muiz. Teknik penyediaan data yang digunakan adalah studi pustaka dan metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik. Kemudian, teknik penyajian hasil analisis yang digunakan adalah teknik informal.
Dalam naskah drama Kiai Sholeh karya Abdul Muiz ditemukan 11 data percakapan yang mengandung nilai patriotisme antara lain, (1) Cinta kepada tanah air sebanyak tiga data dengan persentase 27% dan (2) Semangat membela tanah air sebanyak delapan data percakapan dengan persentase 73%.
Implikasi nilai patriotisme dalam pembelajaran Apresiasi sastra Sastra di SMA kelas XII, yakni 1) Menulis sastra berupa menulis puisi, cerpen, drama, dan novel. 2) Membaca sastra berupa membaca karya sastra dan memahami maknanya, isi dari karya sastra, misalnya novel. 3) Menyimak sastra berupa mendengarkan dan merefleksikan pembacaan karya sastra, misalnya novel. 4) Berbicara sastra berupa mendongeng, menceritakan kembali isi karya sastra. Kemampuan berbicara sastra merupakan kemampuan mengisahkan karya sastra yang berupa menuturkan, mendakwah, dan membacakan karya sastra.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan pencipta karya sastra hendaknya dapat mengambil langkah terdepan dalam upaya memberikan semangat rakyat Indonesia agar memiliki rasa patriotisme yang tinggi lewat karya sastranya baik drama maupun karya yang lain. Kemudian, guru bahasa Indonesia hendaknya dapat menggunakan contoh tokoh Kiai Sholeh sebagai langkah awal memotivasi siswa untuk memiliki semangat membela tanah air.
15125001060 | LAK n C1 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain